Survei BI Jadi Tolak Ukur Pariwisata

ASITA Riau Harapkan Survei BI Jadi Tolak Ukur Pariwisata

Wartariau.com  PEKANBARU - Asosiasi Perjalanan dan Wisata Indonesia (Asita) Riau menilai, survei Bank Indonesia (BI) tentang pariwisata di provinsi tersebut harus menjadi cambuk bagi daerah.

"Survei ini, bisa jadi salah satu barometer. Kita sebagai penggiat pariwisata, harusnya survei itu jadi cambuk buat kita sendiri," ucap Ketua DPD Asita Riau, Dede Firmansyah di Pekanbaru, Rabu.

Hasil survei BI Riau menyebutkan, 73 persen sektor pariwisata di Riau perlu dibenahi. Hanya 27 responden menganggap pariwisata di provinsi tersebut telah baik.

Dede mengakui, memang masih banyak yang kurang tidak hanya di tempat tujuan wisata seperti infrastuktur yang belum memadai, maupun di lokasi destinasi itu sendiri.

Seperti jika wisatawan domestik atau turis asing yang ingin ke tempat berselancar di Sungai Kampar karena terkenal ombak Bono-nya di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.

Untuk menuju lokasi salah satu destinasi wisata di Riau itu, saat ini masih susah karena belum dilalui kendaraan umum, dan infrastuktur jalannya masih buruk.

"Kita harus lebih serius lagi dalam mengembangkan dan mengelola pariwisata di Riau. Ini bukan pekerjaan Dinas Pariwisata saja, dinas terkait baik di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota," katanya.

Ia berucap, masyarakat di daerah destinasi juga harus terlibat untuk menumbuhkan semangat dalam memajukan tempat wisata mereka.

"Mereka ini, harus dapat keuntungan dari pariwisata di tempatnya," terang dia.

"Saya berharap, setiap kabupaten/kota di Riau terutama antar kepala daerah saling bergandeng tangan demi pariwisata di daerahnya," tutur Dede.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengaku terkejut hasil survei BI, bahwa pariwisata di provinsi tersebut baru 27 persen dibenahi.

"Artinya 73 persen faktor pendukung pariwisata di Riau belum memadai hingga kini," ucap Arsyadjuliandi.

Ia mengakui, sektor pariwisata memang menjadi fokus yang harus dibenahi pemerintah kabupaten/kota di Riau karena saat ini masih jauh dari harapan.

Terutama sebagai penunjang ekonomi di daerah, dan sebagai pengganti minyak dan gas bumi serta perkebunan kelapa sawit.

"Sektor ini (pariwisata), masih lemah. Penyebab diantaranya masalah infrastruktur tidak memadai, lalu SDM (Sumber Daya Manusia) tenaga kerja yang masih lemah," kata dia. [Ant]

TERKAIT