Presiden Myanmar Mengaku Dipaksa Mundur

Eks Presiden Myanmar Mengaku Dipaksa Mundur oleh Tentara Beberapa Jam Sebelum Kudeta

Wartariau.com NAYPYIDAW - Mantan Presiden Myanmar yang digulingkan junta bersaksi bahwa militer mencoba memaksanya untuk mundur beberapa jam sebelum kudeta 1 Februari . Militer memperingatkannya ia akan mendapatkan kerugian yang serius jika menolak.

Kesaksian Win Myint ini adalah komentar publik pertamanya sejak ia digulingkan sekaligus mementahkan pernyataan militer bahwa tidak ada kudeta. Junta militer juga mengklaimbahwa kekuasaan secara sah telah dialihkan kepada para jenderal oleh seorang penjabat Presiden.

Pengakuan Win Myint diungkapkan saat bersaksi bersama Aung San Suu Kyi , peraih Nobel perdamaian dan pemimpin pemerintah de facto sebelum kudeta, dalam persidangan mereka. Keduanya dituduh melakukan penghasutan yang berasal dari surat yang memuat nama mereka yang dikirim ke kedutaan yang mendesak mereka untuk tidak mengakui junta.

Win Myint, yang adalah kepala negara Myanmar, mengatakan kepada pengadilan di Ibu Kota Naypyidaw bahwa pejabat senior militer mendekatinya pada 1 Februari dan menyuruhnya mengundurkan diri karena sakit.

"Presiden menolak proposal mereka, dengan mengatakan dia dalam keadaan sehat," kata pengacara Win Myint, Khin Maung Zaw, dalam pesan teks berbahasa Inggris yang dikirim kepada wartawan, mengutip kesaksiannya.

"Para petugas memperingatkannya bahwa penolakan itu akan menyebabkan banyak kerugian, tetapi presiden mengatakan kepada mereka bahwa dia lebih baik mati daripada menyetujuinya," sambungnya seperti dikutip dari CNN, Rabu (13/10/2021).

Khin Maung Zaw mengatakan pembela menolak tuduhan terhadap Win Myint dan Suu Kyi karena mereka ditahan tanpa komunikasi.

Win Myint dan Suu Kyi keduanya menolak beberapa tuduhan terhadap mereka. Pengacara, yang mewakili mereka berdua, mengatakan Suu Kyi telah menyarankan agar kesaksiannya juga diumumkan.

Myanmar telah dicabik-cabik oleh kekerasan dan kelumpuhan ekonomi sejak tentara turun tangan untuk mencegah Suu Kyi membentuk pemerintahan baru, tiga bulan setelah partainya terpilih kembali secara telak.

Para jenderal mengatakan bahwa pemilu dirusak oleh kecurangan, mengancam kedaulatan negara.

Wakil presiden, Myint Swe, mantan perwira militer, kemudian dilantik sebagai Presiden pada 1 Februari dan segera menyerahkan kekuasaan kepada militer untuk mengawasi keadaan darurat.

Junta belum secara terbuka mengungkapkan bagaimana Myint Swe mengambil alih kursi kepresidenan dari Win Myint.

Sumber: SINDOnews.com


TERKAIT