Wartariauterdep" />
Kawasan Perburuan Lahan Para Mafia Sawit

Mamugo, Kawasan Perburuan Lahan Para Mafia Sawit

Wartariau.com ROKANHILIR – Di tengah keseriusan Pemerintah mengangkat harkat perekonomian masyarakat papan bawah, ironisme muncul di Rokan Hilir (Rohil).

Mamugo, salah satu kawasan yang mewakili ironisme itu. Kawasan Hutan Terbatas yang berposisi di area perbatasan Rohil – Dumai, kini terus dijadikan ladang perburuan paramafia Kebun Kelapa Sawit.

Hasil investigasi gopesisir.com ke kawasan Mamugo beberapa waktu silam, setidaknya mengendus peripersoalan dari keluhan dan air mata warga tempatan.

Secara garis besar terungkap, Mamugo yang kini dilingkup kehijauan Ribuan Hektar Kebun Kelapa Sawit, diduga hasil penjarahan secara illegal terhadap Kawasan Hutan.

Penjarahan diduga dimotori paramafia, deretan pengusaha berkolaborasi dengan penguasa. Baik dari kawasan Rohil, regional Riau, Sumatera Utara. Malah dari Jakarta.


Rahmad: Butuh Kekuatan Ekstra Menginvestigasi Mafia Perambah Hutan Rohil
Perlu Hijrah Untuk Memandang Rohil Lebih Leluasa
Ironisnya lagi, Pemkab Rohil justru membenahi dan membangun bahu jalan serta memasang jaringan PLN ke kawasan ladang perburuan sawit ini.

Dengan dibangunnya sarana jalan darat ini akan mempermudah para pemilik kebun dengan kendaraan roda empat mereka.

“Sementara kami, warga tempatan hanya dijadikan tumbal. Sebagai penonton tetapi kepala kami dijual. Seolah-olah, pemilik kebun di Mamugo ini warga sekitar yang punya,” ujar Jtk (50) menjawab gopesisir di Mamugo.

Jtk, pria yang mengaku sebagai pionir di Mamugo malah mengungkapkan rasa herannnya. “Aneh ya, setiap usai kebakaran lahan bertambah luas kebun sawit di sini,” tuturnya.

Pria berkulit hitam ini, kemudian menuding orang – orang Assosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia turut bermain di balik itu semua.

“Kalau bukan orang-orang kuat, mana bisa bermain di sini. Saya dengar Bos nya kepala asosiasi sawit itu ribuan hektare kebunnya di sini,” katanya.

Siapa lagi yang ditudingnya, kalau Bukan Gulat, yang saat ini menjadi orang nomor satu di Apkasindo.

“Saya tidak menuduh. Tetapi jika Saudara Wartawan tolong minta konfirmasi sama Bapak itu,” kata Jtk berharap.

Dari informasi lapangan tercuat juga nama segelintir pejabat dari Pemkab Rohil, Aparat Penegak Hukum, para pengusaha dari Rohil, pengusaha dari Medan dan Pekanbaru juga dari Jakarta.

Tetapi, hal yang memprihatinkan justru kehadiran Apkasindo yang terkesan memberi “Payung” pada kelompok – kelompok mafia lahan Kawasan Hutan.


Wajar jika nama Gulat Manurung disebut – sebut warga Mamugo sebagai oknum dengan kapasitas luas kebun ratusan hektare di Mamugo.

Sebenarnya tudingan Jtk, sudah lebih dulu dilontarkan mantan Bupati Rohil dan juga mantan Gubernur Riau, H. Annas Ma’mun dalam perbincangan khusus di Shop Hotel Lion Bagan Siapi-api beberapa waktu silam.

Anas malah meminta Pers melakukan investigasi lebih mendalam seputar aktivitas Apkasindo di Rohil, agar sepak terjangnya bisa diketahui lebih riil.

“Coba investigasi lah… Jangan se-enaknya bilang untuk kepentingan petani dan masyarakat kecil. Omong kosong tu,” kata Anas, lantang.

“Dari dulu warga desa dan warga miskin di Rohil ini dijadikan tumbal. Dijadikan objek. Buktinya, para perampok lahan makin merajalela di negeri ko (Rohil,red). Masyarat tetap jadi penonton. Makin sengsaro,” kata Anas, Geram.

Anehnya, Ketua Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung yang dimintai konfirmasi secara khusus di ruang kerjanya (26/2) tidak membantah tudingan itu.

“Aku tidak bisa komentar soal tudingan Pak Anas yang sudah ku anggap orangtuaku sendiri. Tetapi, Apkasindo memiliki misi muliya untuk membantu petani kecil,” kata Gulat.

Masalah mafia atau para pengusaha itu bukan menjadi urusan Apkasindo. “Kita membina petani kecil warga desa agar mereka memiliki kebun sawit. Tidak hanya jadi penonton di negeri sendiri. Itu misi kami,” kata Gulat.

Sehubungan tudingan memiliki kebun ribuan hektare di kawasan Mamugo, Gulat membantah tegas.

“Kebun saya hanya 60 an hektare di Mamugo. Tidak lebih dari itu. Jika ada yang mengatakan aku memiliki ribuan hektare di sana, itu bukan kataku dan itu bohong,” katanya.**
TERKAIT